Salam Ukhuwwah buat semua pengunjung Sejarah2u. Pada kali ini penulis berkesempatan untuk berkongsi tentang sebuah filem bernuansakan Islam yang hangat diperkatakan kini. Seperti biasa, kehangatannya datang dari negara penduduk terbesar ummat Islam, iaitu Indonesia.
Filem yang penulis maksudkan bertajuk 'Sang Murabbi'. Filem ini berkaitan kekayaan spiritual, pengalaman dakwah, dan humanisme para ulama pejuang Indonesia. Ia berkisah tentang kisah benar mengenai perjalanan dakwah almarhum Ustadz Rahmat Abdullah.
Bagi yang masih belum berkesempatan menonton, di sini penulis catatkan sedikit ulasan ceritanya. Tapi, langkah yang terbaik adalah dengan kalian sendiri menonton perjalanan filem tersebut. Selamat menonton!
Ulasan filem Sang Murabbi:
Almarhum Ustadz Rahmat, menimba ilmu di pesantren Asy Syafiiyah di bawah asuhan KH Abdullah Syafii. Bakat besar dan pemikirannya yang genius, menjadikan Ustadz Rahmat dikagumi oleh setiap orang, terutama gurunya, KH Abdullah Syafii, yang menjadikan Ustadz Rahmat sebagai murid kesayangannya.
Ustadz Rahmat mulai merintis kariernya sebagai guru setelah lulus dari Asy Syafiiyah. Selain di almamaternya, ia juga mengajar di sekolah dasar Islam lainnya di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Perjalanan karier yang dipilihnya itu kemudian mempertemukannya dengan guru keduanya, Ustadz Bakir Said Abduh yang mengelola Rumah Pendidikan Islam (RPI). Melalui ustadz lulusan pergurusan tinggi di Mesir itu, Ustadz Rahmat banyak membaca buku-buku karya ulama Ikhwanul Muslimin, salah satunya adalah buku Da'watuna (Hasan Al-Bana) yang kemudian ia terjemahankan menjadi Dakwah Kami Kemarin dan Hari Ini (Pustaka Amanah).
Ustadz Rahmat menggunakan pendekatan yang masih sangat asing di kalangan da'i, yaitu dengan grup teater yang didirikannya. Para pemuda itu diasuhnya dalam organisasi bernama Pemuda Raudhatul Falah (PARAF) yang menghidupkan masjid Raudhatul Falah di kawasan Kuningan dengan kegiatan-kegiatan keIslaman.
Ustadz Rahmat yang juga aktif dalam Partai Keadilan Sejahtera (PKS), terpilih sebagai wakil rakyat di Dewan Perawakilan Rakyat (DPR) Pusat. Namun, ia kerap dilihat menaiki bas kota untuk mendatangi sebuah undangan. Ia kerap terlihat jalan kaki untuk jarak yang cukup jauh. Tak ada yang berubah, karena ia sedar bahwa langkah itulah yang dimulainya dulu sebagai permulaan di jalan dakwah.
Hingga akhirnya, suatu hari , Ustadz Rahmat merasakah tanda-tanda kesihatannya terganggu. Namun, rasa tanggung jawabnya yang besar terhadap amanah dakwah, membuat ia tak begitu mempedulikan tanda-tanda itu.Ia masih terlibat dalam sebuah syura penting. Lalu, saat adzan berkumandang dan ia beranjak untuk memenuhi panggilan suci itu, ia berjalan ke tempat wudhu. Saat berwudhu, tanda-tanda itu makin kuat terasa dipembuluh darah di bahagian lehernya.
Disaksikan oleh Ustadz Mahfudzi, salah seorang muridnya, Ustadz Rahmat nyaris terjatuh. Ustadz Mahfudzi cepat memapahnya, lalu mencuba menyelamatkan situasi. Tetapi Allah lebih sayang kepada Ustadz Rahmat Abdullah. Innalillahi wa innailaihi raaji'uun...Syaikhut Tarbiyah itu meninggalkan kita dengan senyum yang amat tulus...hujan air mata dari seluruh pelosok tempat mengiringi kepulangan beliau.
Ada kelainan yang dibawa filem baru ini. Memuntahkan kembali ingatan pada sisi terpuji sosok seorang pendakwah bukanlah hal yang mudah. Semuanya harus kelihatan sempurna tanpa cela. Walaupun tidak semua manusia mengakui bahawa Tuhan itu Esa, sisi mulia Rahmat Abdullah bagi saya layak untuk diteladani meski ia tidak dilihat daripada sudut pandang agama. Ia menyantuni segenap masyarakat.
Bermula dengan sapaan lembut terhadap jiran-jirannya sehinggalah ia terpilih ke Dewan Permesyuaratan Rakyat, almarhum Rahmat Abdullah merupakan lambang konsistensi dan membawa contoh keazaman yang sangat tinggi. Risalah Islam yang disebarkannya tiada lain untuk mengangkat martabat umat.
Pengajarannya pelbagai. Catatan ringkas seperti ini tidak mungkin mampu mengungkap makna yang tersirat dan berselirat dalam perjalanan panjang Syaikh Tarbiyah ini. Bagaikan hujan yang juga sebenarnya sedang turun saat itu, pemergian selamanya Rahmat Abdullah ditangisi dan dengan berat dibiarkan pergi. Ya. Semuanya kerana ia adalah Sang Murabbi. Seorang guru, juga sahabat yang tidak pernah membiarkan hidupnya kosong tanpa isi untuk mendidik umat ke arah agama yang ia cintai.
"Mereka yang keruh nurani, selalu melihat dengan angan-angan panjang. Seakan kematian hanya berlaku atas orang lain. Orang-orang seperti itu harus kerap diajak menurunkan jenazah ke liang lahat, melepas kerabat di akhir nafas, atau berbiduk di lautan dan gelombang yang ganas. Bila tak mempan, takbirkan empat kali bagi kematian hati nuraninya" - K.H. Rahmat Abdullah, Beternak Mimpi
No comments:
Post a Comment